Seni Menyentuh Hati Remaja
Seni Menyentuh Hati Remaja merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 26 Muharram 1447 H / 22 Juli 2025 M.
Kajian Tentang Seni Menyentuh Hati Remaja
Orang-orang yang kita perlakukan dengan buruk dan kasar, mereka tidak akan memahami itu. Simpanlah tujuan kita di dalam hati. Fokus pada cara-cara kita memperbaiki dan pendekatan kepada anak remaja.
Jadi pilihlah ungkapan-ungkapan yang menyentuh, seperti ungkapan cinta, atau apresiasi, pengakuan terhadap potensi yang dimilikinya, kata-kata motivasi, serta kalimat yang mengesankan bahwa kita selalu hadir di sampingnya, siap membantunya. Bukan dengan kata-kata negatif yang menunjukkan kekecewaan, kekesalan, bahkan kebencian.
Sebagian orang tua mungkin merasa kesal. Kita pun memahami, orang tua bisa kecewa terhadap anaknya. Mungkin kita semua pernah memendam kekesalan, tetapi menjadi orang tua itu harus bijak dan bijaksana. Kalau anak bisa sabar menghadapi kita, maka kita harus lebih sabar dalam menghadapi anak. Jangan tidak seimbang, anak terus yang sabar menahan diri terhadap orang tuanya, sementara orang tuanya tidak ada sabarnya. Lama-lama bisa meledak juga. Muncullah apa yang kemudian disebut oleh orang tua sebagai pembangkangan atau perlawanan. Padahal, anak sebenarnya tidak seperti itu. Tapi kita langsung memberi stigma melawan, durhaka, dan sebagainya. Kadang itu terlalu terburu-buru. Sering kali hal ini muncul karena kemarahan dan kejengkelan, karena kita kurang sabar dalam melakukan pendekatan kepadanya.
Itu mungkin lebih baik bagus dan lebih bisa melunakkan hatinya. Kita ambil pelajaran dari kisah Nabi Musa dan Nabi Harun ketika menghadapi Fir‘aun. Allah berfirman kepada keduanya:
فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى ٤٤
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Ta-Ha [20]: 44)
Katakanlah kepadanya kepada Fir‘aun kata-kata yang lunak. Itu sudah dilakukan oleh kedua nabi tersebut, Nabi Musa dan Nabi Harun. Tapi, meskipun demikian, hasilnya bukan berada di tangan manusia. Fir‘aun yang telah dinasihati dengan santun oleh kedua nabi itu tetap tidak mendapat hidayah. Ia tetap membangkang dan durhaka. Dan kita tahu bagaimana akhirnya ia tenggelam di Laut Merah dalam keadaan kafir. Hasil bukan urusan kita. Tapi cara itu yang perlu kita perhatikan.
Kesampingkan dulu soal hasil karena itu bukan di tangan kita. Apakah Nabi Musa dan Nabi Harun berijtihad, bahwasannya apabila fir’aun jika diberi kelembutan tidak akan mempan dan keras kepala jadi harus diberikan kekasaran? Tentunya tidak, Nabi Musa dan Nabi Harun tidak seperti itu cara berpikirnya.
Mungkin sebagian orang merasa frustrasi dalam menghadapi anaknya. “Ini anak enggak bisa dilembuti lagi, harus dikasari.” Maka, ujung-ujungnya main kasar. Padahal, tidak seperti itu caranya. Tempuhlah cara yang Allah ajarkan yang Allah anjurkan dan perintahkan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun untuk menghadapi Fir‘aun. Apakah Allah Subhanahu wa Ta‘ala menyuruh keduanya berkata kasar, memperkeras, atau mengasari sehingga ia mau berpikir atau menerima. Kita tahu Fir‘aun sangat keras kepala, angkuh, dan sombong. Sampai-sampai ia berkata:
أَنَا۠ رَبُّكُمُ ٱلْأَعْلَىٰ
“Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” (QS. An-Nazi‘at [79]: 24)
Banyak orang tua hari ini mengatakan: “Anak saya enggak bisa dilembuti lagi. Harus dikasari.” Maka ia pun memilih jalan yang kasar. Padahal, kalau ditanya: kapan ia bersikap lembut kepada anaknya? Kapan ia mencoba pendekatan yang halus? Banyak orang tua yang berkata seperti itu, padahal ia sendiri belum pernah memperlakukan anaknya dengan kelembutan.
Apakah cara seperti itu yang Allah anjurkan kepada kita? Yang Allah perintahkan kepada kita? Hati manusia bukan di tangan manusia. Hati itu di tangan Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Dan Allah telah mengabarkan kepada kita seakan memberi bocoran bahwa manusia tidak bisa diperlakukan dengan kasar.
Dilembuti oleh Tuhannya saja, manusia masih membangkang. Maka jangan heran kalau manusia, walaupun sudah kita perlakukan dengan lembut, ia tetap bersikap kasar. Apalagi jika itu anak-anak atau remaja, yang masih belum sempurna akalnya.
Terkadang orang tua tertipu dengan diamnya anak ketika dikerasi. Itu berpengaruh pada hatinya. Hati yang terbiasa dikerasi akan menjadi keras juga. Dan itu masalah. Akan sulit kalau anak kita memiliki hati yang keras. Karena melembutkan hati manusia itu bukan perkara mudah. Kita bisa ukur dari diri kita sendiri. Ketika kita dikasari, dikerasi, tentu tidak mungkin hati kita jadi lembut kalau terus diperlakukan dengan kasar. Apalagi jika hati tersebut menyimpan dendam, nanti bisa seperti api dalam sekam. Tinggal tunggu waktu meledaknya (amarahnya) saja. Tentu kita tidak mengharapkan hal seperti itu.
Maka, kedepankanlah kata-kata yang positif seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Ungkapan-ungkapan yang menyentuh, seperti menyampaikan perasaan kita kepadanya bahwa kita mencintainya. Gunakan juga kata-kata yang memotivasi, memberi apresiasi, yang membangkitkan semangatnya, dan menunjukkan bahwa dia tidak seburuk yang dikira.
Ungkapan-ungkapan seperti ini akan memompa semangatnya dan menguatkan mentalnya. Ia akan merasa bahwa ada orang yang memperhatikannya dan menyayanginya. Atau kata-kata yang membuatnya merasa aman dan nyaman yaitu kata-kata yang menunjukkan bahwa ia senantiasa kita lindungi.
Manusia itu apabila sudah tenang, maka hatinya juga akan tenang. Dan jika hatinya sudah tenang, dia akan mudah diarahkan. Kita berharap anak kita bisa seperti yang dikatakan Nabi dalam hadits:
المؤمِنُ كالجَمَلِ الأنِفِ، إنْ قِيدَ انْقَادَ، وإنِ استُنِيخَ على صَخْرَةٍ اسْتَنَاخَ
“Seorang mukmin itu seperti unta yang jinak. Jika dituntun, dia akan patuh; dan jika diminta duduk di atas batu, dia tetap akan duduk.” (HR. Al-Baihaqi)
Jika diajak bicara, ia mau mendengarkan dan mengikuti. Itu semua kembali kepada masalah hati. Ada orang yang ketika dinasihati selalu membantah itu tanda kerasnya hati. Maka hatinya perlu dilembutkan lagi. Misalnya seorang istri yang selalu membantah perkataan suami itu menunjukkan hatinya keras, dan perlu dilembutkan. Demikian juga pendekatan yang harus kita lakukan kepada anak, seingga ia merasa aman dan nyaman berada di sisi kita.
Apalagi hari ini, ancaman terhadap anak-anak kita sangat besar. Kalau kita membuat mereka tidak betah, tidak merasa aman, tidak merasa secure di rumah, mereka akan mencari tempat lain yang dianggap lebih aman dan nyaman di luar sana. Padahal, kita tidak tahu seperti apa lingkungan di luar. Bisa jadi justru sangat mengerikan. Tidak ada tempat yang paling aman bagi anak selain rumahnya sendiri. Maka, kita harus sebisa mungkin membuat anak merasa betah dan nyaman di rumahnya.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55351-seni-menyentuh-hati-remaja/